LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ACARA 6
PENGENALAN PROTISTA DAN JAMUR


LogoUnib.png
 














Disusun Oleh :

Nama                           : Putri Mian Hairani
NPM                            : E1J012014
Judul Acara                  : Kultivasi dan Isolasi
Hari & tgl Praktikum   : Selasa, 16 April 2013 (14.00-16.00 WIB)
Dosen P.                      : Ir. Mucharromah M.Sc., Ph.D
Co-ass                          : Agung Matsetio


Laboratorium Ilmu Hama PenyakitTanaman
FakultasPertanian
Universitas Bengkulu
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Mikroorganisme, individunya memiliki organisasi sel yang sangat sederhana, bersifat uniseluler atau jika multiseluler belum terjadi diferensiasi sel dengan tegas. Menurut Whittaker (1969) mikroorganisme terdiri dari 3 kingdom, yaitu: Protista, Fungi, dan Monera. Ketiga kingdom ini dibedakan berdasarkan cara mendapatkan karbon, organisasi selnya. Protista beranggotakan organisme unisel, tipe selnya eukariotik, dan mendapatkan sumber karbon dengan lebih dari dua cara, yaitu: absorbsi dan fotosintesis pada algae atau absorbsi dan ingesti pada protozoa. Keduanya kita kenal sebagai plankton.         
            Algae eukariotik merupakan organisme yang mengandung satu tipe atau lebih klorofil ditambah pigmen-pigmen yang kita kenal sebagai karotenoid dan biloprotein. Karotenoid adalah hidrokarbon lurus berwarna kuning, jingga atau merah yang tidak larut dalam air, sedangkan biloprotein adalah kompleks pigmen protein berwarna biru atau merah yang larut dalam air. Algae tidak mempunyai jaringan pembuluh (xilem, floem) dan spora yang dapat terbawa udara. Semua algae memperoleh energi dari kegiatan fotosintesis. Semua algae, khususnya yang bersel tunggal dikenal sebagai fitoplankton dan produsen primer untuk komunitas aquatik juga menyediakan sumber makanan utama bagi protozoa dan ikan. Hidup di air tawar maupun air laut. Beberapa algae berperan sebagai dekomposer terutama algae coklat, sehingga menyuburkan tanah pertanian. Beberapa algae lain digunakan untuk makanan khusus atau sebagai sumber protein.           
            Protozoa biasanya merupakan organisme bersel tunggal yang mendapatkan energi menggunakan cara absorbsi dan pencernakan(ingesti), tetapi banyak protozoa terdapat dalam bentuk kelompok yang disebut koloni protozoa. Protozoa sudah kita kenal sebagai zooplankton. Penggolongan kelas protozoa lebih didasarkan pada alat berpindah tempat. Amoeba berpindah tempat menggunakan pseudopodia, ciliata berpindah tempat menggunakan rumbai (cillia), flagelata berpindah tempat menggunakan flagela, dan sporozoa berpindah tempat dengan cara meluncur. Protozoa berperan sebagai konsumen primer dalam rantai makanan untuk komunitas lingkungan aquatik. Beberapa protozoa menyebabkan penyakit pada manusia, hewan, maupun tumbuhan.           
            Menurut Whittaker (1969), yang termasuk fungi adalah semua organisme eukariotik bersel tunggal maupun multisel yang mendapatkan energi dengan cara absorbsi. Mengadakan karakterisasi pada fungi merupakan langkah penting dalam identifikasi. Suatu fungi yang telah dikarakterisasi, memungkinkan untuk dibandingkan dengan fungi lainnya, guna menentukan persamaan dan perbedaannya. Suatu kelompok fungi yang mempunyai karakter sama dimasukkan ke dalam satu kelompok tertentu atau dalam sistem klasifikasi akan dimasukkan dalam taxon tertentu dan dalam sistem taxonomi akan diberi nama khusus yang memuat informasi untuk keperluan identifikasi. Banyak fungi dapat dilihat menggunakan mata biasa, tetapi setiap unit kehidupannya adalah mikroskopis. Diantara yang termasuk fungi yaitu: khamir atau jamur satu sel, jamur benang, dan kelompok jamur makroskopis seperti: jamur merang, jamur kuping, jamur bola, ganoderma, sintake, jamur tiram, dan masih banyak lagi. Khamir merupakan jamur bersel tunggal, biasanya sel-selnya berbentuk bulat atau lonjong. Satu sel khamir merupakan unit kehidupan lengkap.
















1.2  Tujuan Praktikum
ACARA PENGENALAN PROTISTA
·         Mahasiswa dapat membedakan antara protozoa dengan algae berdasarkan beberapa karakter pembeda protista
·         Mahasiswa dapat membandingkan beberapa karakter penting dalam protista yang berbeda
·         Mahasiswa dapat membedakan kelompok protista mayoritas yang ditemukan dengan menggunakan cara pengamatan yang berbeda

ACARA PENGENALAN FUNGI
·         Mahasiswa dapat membedakan antara fungi satu sel dengan fungi multisel dari pengamatan koloni maupun pengamatan sel
·         Mahasiswa mampu melakukan cara menghitung dan mengukur bagian tubuh jamur












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protista merupakan sekelompok mahluk hidup heterogen, terdiri dari eukariota yang tidak termasuk hewan, tumbuhan, atau fungus. Mereka pernah dikelompokkan ke dalam satu kerajaan bernama Protista, namun sekarang tidak dipertahankan lagi. Penggunaannya masih digunakan untuk kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme eukariotik bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni, bersama-sama namun tidak menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang berbeda-beda. Dari sudut pandang taksonomi, pengelompokan ini ditinggalkan karena bersifat parafiletik.( Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA)
Protozoa adalah protista yang mirip dengan hewan
 Protozoa hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya berukuran 0,01-0,5 mm sehingga secara umum terlalu kecil untuk dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di  mana-mana, seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode kering sebagai kista atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting. Berdasarkan pergerakannya, protozoa dikelompokkan menjadi:
ü  Flagellata yang bergerak dengan flagella(rambut cambuk). Contoh: Euglena
ü  Amoeboida yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu/kaki akar) yaitu   yang berarti setiap kali ia akan bergerak harus membentuk kaki semu sebelum dapat bergerak dan pembentukan kaki ini dinamakan fase gel. Contoh: Amoeba
ü  Cilliata yang bergerak dengan silia (rambut getar). Contoh: Paramaecium
ü  Sporozoa yang tidak memiliki alat; beberapa mampu membentuk spora. Contoh: Toxoplasma (Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. USA : Mc Graw Hill )

    Algae adalah protista yang mirip dengan tumbuhanAlgae mencakup semua organisme bersel tunggal maupun banyak yang memiliki kloroplas. Termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok berikut.
ü  Alga hijau, yang memiliki relasi dengan tumbuhan yang lebih tinggi (Embryophyta). Contoh: Ulva
ü  Alga merah, mencakup banyak alga laut. Contoh: Porphyra
ü  Heterokontophyta, meliputi ganggang coklat, diatom, dan lainnya. Contoh: Macrocystis. 
Alga hijau dan merah, bersama dengan kelompok kecil yang disebut Glaucophyta, sekarang diketahui memiliki hubungan evolusi yang dekat dengan tumbuhan darat berdasarkan bukti-bukti morfologi, fisiologi, dan molekuler, sehingga lebih tepat masuk dalam kelompok Archaeplastida, bersama-sama dengan tumbuhan biasa.
Protista yang mirip dengan jamur
Beragam organisme dengan organisasi tingkat protista awalnya dianggap sama dengan jamur, sebab mereka memproduksi sporangia. Ini meliputi chytrid, jamur lendir, jamur air, dan Labyrinthulomycetes. Chytrid sekarang diketahui memiliki hubungan dengan Fungi dan biasanya diklasifikasikan dengan mereka. Sementara yang lain sekarang ditempatkan bersama dengan heterokontofita lainnya (yang memiliki selulosa, bukan dinding chitin) atau Amoebozoa (yang tidak memiliki dinding sel).

            Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).

A.    Khamir                                  
            Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya  (Coyne 1999)
Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne 1999)
Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan.Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur. (Coyne 1999)
Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae). (Coyne 1999)
Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi.Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar.Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis). (Coyne 1999)
Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual.Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne 1999)

B.      Kapang
            Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman).Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa.Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.  Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004)
Ada 3 macam morfologi hifa:
1.    Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. (Syamsuri 2004)
2.    Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004)
Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004)
3.    Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof.Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organic dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak. (Syamsuri 2004)
     Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan  asam amino. Makanan tersebut dicerna diluar sehingga  disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. (Syamsuri 2004)

Anatomi pada fungi (jamur)
            Jamur tidak memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler,ada pula yang mutiseluler. Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin.Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa.Hifa memiliki sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut senositik.Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan jamur.Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi.Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium artinya kotak spora.Didalam sporangium terisi spora.Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium. (Syamsuri 2004)
            Kumpulan hifa membentuk jaringan benang yang dikenal sebagai miselium.Miselium inilah yang tumbuh menyebar diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya. (Syamsuri 2004)

Reproduksi pada jamur (fungi)
            Jamur uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk tunas,sedangkan secara aseksual jamur membentuk spora askus (Pelczar 1999)
Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual,yaitu dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi),membentuk spora aseksual yaitu zoospora,endospora dan konidia. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium.(Coyne 1999)
            Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak didalam air dengan menggunakan flagella.Jadi jamur penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair. (Pelczar 1999)
            Endospora adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.(Coyne 1999)
            Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur Ascomycota.Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora.Spora dari perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium,dan biasanya bejumlah empat spora. (Coyne 1999)
            Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia.Jika telah masak konidia paling ujung dapat melepskan diri. (Coyne 1999)
Setelah melewati masa inkubasi selama 2x24 jam, baik tape ketan maupun tape singkong menghasilkan khamir atau yeast (Saccharomyces serevisiae) di dalamnya.Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam media PDA. Namun apabila diteliti lebih lanjut dengan menggunakan mikroskop, akan terlihat pertumbuhan tunas atau budding yaitu perkembang biakan secara vegetative. Selain tunas, perkembang biakan yeast dapat dilihat pula dari adanya sporangium yang didalamnya terdapat spora dan adanya sporangiosfor. Disamping itu juga dapat melihat hifa (rambut) dan miselium (kumpulan dari hifa) apabila dilakukan pengamatan pada mikroskop. Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pengamatan khamir atau yeast terlihat budding atau tunas dari khamir Saccharomyses cerevisiae. Budding adalah cara perkembangbiakan aseksual yeast yakni dengan pembentukan tunas yang semakin lama semakin membesar lalu memisahkan diri. Namun tidak seluruhnya mikroorganisme yang tumbuh merupakan Saccharomyces serevisiae, kemungkinan akan terdapat bakteri lain yang juga ikut berkembang di dalm media PDA tersebut maupun yang terlihat dibawah mikroskop. Hal tersebut dikarenakan sample tape ketan atau tape singkong telah terkontaminasi oleh bakteri dari udara. Kemudian banyaknya yeast yang tumbuh lebih banyak tumbuh pada tape ketan dibandingkan tape singkong. Hal tersebut dikarenakan teknik aseptic yang lebih bagus pada pengerjaan tape ketan dibandingkan denga tape singkong dan bahan atau sample tape ketan yang digunakan lebih banyak mengandung yeast daripada tape singkong.
            Pada bekteri Rhizopus oligosporus terdapat hifa dan septa yang terlihat dibawah mikroskop pada perbesaran 100, 400, dan 1000 kali.Lactofenol blue digunakan sebagai pewarna untuk memperjelas hasil penampang bakteri pada mikroskop. Sedangkan pada slide kultur juga terlihat hifa dan miselium pada perbesaran 100 dan 400 kali. Pipa V pada slide kultur digunakan sebagai penyangga dan gliserol untuk menjaga kelembaban.





















BAB III
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
ACARA PENGENALAN PROTISTA
3.1 Bahan dan Alat
Bahan : 1 L air rawa, 1 L air laut, 1 L air rendaman jerami, 1 L air kolam, 100 mL
              alkohol
Alat     : 2 buah gelas obyek cekung, 2 buah gelas penutup, 2 buah pipet karet

3.2  Prosedur Kerja
·         Gelas obyek cekung dibersihkan dengan menggunakan alkohol 90% sampai bebas debu dan lemak. Demikian juga pada gelas penutupnya.
·         Air rawa/laut/rendaman  jerami/kolam diteteskan pada cekungan gelas obyek.
·         Tetesan air ditutup dengan gelas penutup dan dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara di dalam cekungan gelas obyek.
·         Mengamati preparat menggunakan mikroskop pada pembesaran lemah (10 x 10) dan sedang (10 x 40).
·         Protista yang teramati digambar dan diberi keterangan gambar tentang bentuk, warna, arah gerakan, struktur dalam sel, dan ciri-ciri lain termasuk karakteristiknya (karakter khasnya).
·         Ulangi prosedur mulai dari poin 1 sampai 5 untuk air yang lainnya.

ACARA PENGENALAN FUNGI
3.3. Bahan dan Alat
Bahan : 1 cawan biakan khamir, 100 mL aquades steril, 100 mL alkohol 70%, 100 mL metil
               biru 0,01%
Alat     : 1 buah jarum preparat, 2 buah tabung reaksi 15 cm, 2 buah gelas  obyek, 2 buah
               gelas penutup, 1 unit mikroskop optik, 1 buah lampu spiritus, 100 g kapas, 1 batang           gelas, 2 buah pipet tetes

3.3  Prosedur Kerja
·         Mengamati biakan khamir dengan cara digambar dan diberi keterangan tentang: bentuk koloni, warna koloni, dan karakter-karakter makroskopis lain dari biakan.
·         Setelah mencatat semua karakter makroskopis, koloni diambil menggunakan ose secara aseptik, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 10 mL aquades steril.
·         Gelas obyek dibersihkan dengan menggunakan alkohol 90% samapai bebas debu dan lemak. Demikian juga pada gelas penutupnya.
·         Setetes metil biru 0,01% diteteskan di tengah-tengah gelas obyek.
·         Mengambil secara aseptik satu tetes suspensi khamir dan dicampurkan di atas gelas obyek dengan tetesan metil biru, kemudian aduk-aduk selama 5 detik dan catat waktu saat itu
·         Preparat diamati dengan cara menghitung jumlah sel yang transparan (bening = sel hidup) dan jumlah sel yang berwarna biru (sel mati) pada selang waktu tertentu (maksimum 2 menit).
·         Sel khamir yang teramati digambar dan diberi keterangan gambar tentang hal-hal yang dipandang khas.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
ACARA PENGENALAN PROTISTA

Gambar
Keteragan gambar
Protista dari air jerami
warna    :  coklat bening
Arah gerakan  : tidak bergerak
Ciri-ciri lain : -
 v Berambut : -
 v- Ada bintik-bintik hitam

Gambar
Keterangan gambar

Protista dari air laut
Bentuk    : lonjong
Warna   :  coklat bening
Arah gerakan  : keatas-kebawah, kekanan-
                          Kekiri.
Ciri-ciri lain : terdapat sedikit bintik-bintik


Gambar
Keterangan gambar
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSuauXIVzsGl5hQEONRGHcUuKhVhdho8lyWlEOEXAwUJlztfZM0
Protista dari air rawa
Bentuk    : Lonjong
Warna    : coklat
Arah gerakan : kekanan-kekiri,keatas- kekiri
Ciri-ciri lain : terdapat banyak bintik-bintik hitam.

Gambar
Keterangan gambar
Fungi pada media PDA tanah
Bentuk    :  bulat dengan ujung bergelombang
Warna     :  putih dengan kontaminan hitam
Ciri-ciri lain : Berbintik-bintik kecil.


Gambar
Keterangan gambar

Fungi pada media TSA tanah
Bentuk    : bulat dengan ujung bergelombang
Warna   :  putih dan terdapat banyak titik hitam
Ciri-ciri lain : membentuk koloni
 v

Gambar
Keterangan gambar
Fungi pada media jaringan tanaman
Bentuk    : Berbenang hifa
Warna    :  kuning
 v







4.2 Pembahasan

ACARA PENGENALAN PROTISTA
            Pada praktikum kali ini, acaranya adalah pengenalan protista. Untuk itu, bahan yang dipergunakan ada satu jenis yaitu air, namun air ini berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Ada empat (4) sumber air yang diperlukan, yaitu: air laut, air rawa, air kolam, dan air sawah(rendaman jerami).
            Pada setiap air dilakukan pengamatan secara mikroskopis yaitu pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Di bawah mikroskop, meskipun membutuhkan waktu yang lumayan lama, ditemukan banyak mikroba yang berukuran mikroskopik.    
            Dari ke empat sumber air, protista yang kami temukan dengan mikroskop hampir semuanya sama kecuali pada air sawah(rendaman jerami). Pada air sawah ini, kami menemukan protista yang menyerupai bentuk bunga seperti cladospora. Sedangkan pada air laut, rawa, dan air kolam, bentuk protistanya batangan seperti spirogyra dan ulothrix.          
            Tapi, walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan adanya protista jenis lain, hanya saja kami tidak menemukannya atau kurang fokus.

ACARA PENGENALAN FUNGI
            Pada praktikum pengenalan fungi, kami menggunakan biakan dari praktikum sebelumnya, yaitu dari media kultur PDA tanah dan TSA jaringan tumbuhan. Untuk pengenalan fungi, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan secara makroskopi. Yaitu hanya dengan melihat tampilan luar dari cawan petri.         
            Mulai dari bentuk koloni yang berbenang, tepi koloni yang berombak, dan permukaan koloni dilihat dari samping melengkung. Untuk hasil itu diperoleh dari mengamati fungi tanah pada PDA.    
            Untuk fungi jaringan tumbuhan pada TSA, bentuk koloni mengerumuni potongan daun dan hifa berwarna kuning.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ø  Untuk menemukan perbedaan antara protista dengan algae, harus dilakukan pengamatan yang maksimal. Bukan saja dengan melihat bentuk, tetapi juga organ atau ciri lain dari kedua mikroba itu harus diamati
Ø  Membedakan fungi yang bersel satu dan bersel banyak juga tidak hanya dengan melihat amatan secara makroskopis tetapi juga secara mikroskopis

5.2 Saran
Ø  Sebaiknya sebelum melakukan praktikum, para praktikan harus lebih paham mengenai teori materi ajarnya
Ø  Untuk jumlah siswa tertentu, sebaiknya di gunakan tempat yang lebih memadahi lagi
Ø  Sebaiknya penggunaan alat-alat yang ada di laboratorium itu lebih seksama agar bisa fasih dalam penggunaannya.













DAFTAR PUSTAKA
Ø  Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar                                     Publisher
Ø  Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. USA : Mc Graw Hill
Ø  Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.
Ø  Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS :Malang.
Ø  Winarni, Endang. 2007. Biologi 3. Esis : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar